Pada 21 Januari 1856, Multatuli alias Eduard Douwes Dekker pertama kali tiba di Rangkasbitung. Bertugas sebagai Asisten Residen Lebak. Tidak kurang dari 84 hari ia bekerja di Rangkasbitung lalu mengundurkan diri setelah berselisih paham dengan atasannya. Multatuli kemudian pergi menuju Belgia dan menuliskan kegelisahannya dalam bentuk roman berjudul Max Havelaar.
Pada tahun 2015 berdiri sebuah museum bernama Museum Multatuli. Menempati bangunan Bekas Wedana Rangkasbitung (1923). Museum yang terdiri atas 7 ruangan ini menampilkan 4 tema besar yaitu antikolonialisme, Multatuli dan karyanya, sejarah Lebak dan Banten, serta Rangkasbitung masa kini. Pada tahun 2016 delegasi pejabat dan guru dari Pemerintah Kabupaten Lebak berkunjung ke Belanda, mengunjungi Arsip Nasional Belanda, dan Museum Multatuli di Amsterdam. Kunjungan dalam rangka membangun komunikasi dan persahabatan di antara lembaga-lembaga tersebut guna keberlangsungan Museum Multatuli yang sedang dirintis.
Setahun kemudian atau pada 2017 proses pengisian Museum Multatuli berlangsung. Terdiri atas pengadaan interior museum, peralatan studio visual, pengadaan reflika artefak, website museum, film dokumenter, dan pengadaan patung Multatuli, Saidjah, dan Adinda. Pada 11 Februari 2018 Museum Multatuli dibuka untuk umum oleh Bupati Lebak (Iti Octavia Jayabaya) disaksikan oleh Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI (Hilmar Farid) dan tamu undangan.
Menindaklanjuti pendirian Museum Multatuli pada 2015, pertemuan 2016, proses pengadaan konten museum pada 2017, dan pembukaan museum pada 2018, Pemerintah Kabupaten Lebak mengadakan kegiatan Festival Seni Multatuli di 2018 ini. Festival Seni Multatuli 2018 adalah salah satu cara mengenalkan sejarah kepada masyarakat terutama kaum muda di Kabupaten Lebak secara menyenangkan. Melalui Museum Multatuli dan Multatuli Arts Festival dengan beragam kegiatan di dalamnya. Penerbitan dan bedah buku merupakan salah satu kegiatan dalam Festival Seni Multatuli 2018. Penerbitan karya berupa puisi dalam Festival Seni Multatuli ini diilhami dari berbagai festival sastra yang menghasilkan karya sebagai bagian dari dokumentasi memori kolektifnya. Penerbitan buku puisi ini bertujuan menjaring puisi-puisi dari masyarakat umum, pelajar, dan mahasiswa pengirim karya untuk kemudian diterbitkan bersama dalam buku Antologi Puisi Multatuli. Penerbitan buku puisi juga sejalan dengan objek pemajuan kebudayaan yang diusung dalam Festival Seni Multatuli, yaitu bahasa.
Persyaratan Peserta
1. Terbuka untuk seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) usia 20-40 tahun (dibuktikan dengan KTP/sejenis)
2. Tema puisi “Multatuli”.
3. Puisi adalah karya asli, bukan plagiat atau saduran.
4. Puisi belum pernah dipublikasikan di surat kabar, buku, dan/atau media lainnya.
5. Puisi diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pt, spasi 1.
6. Mengirimkan maksimal 5 (lima) judul puisi
7. Sertakan biodata lengkap berupa narasi (cantumkan alamat dan nomor hp) dalam satu file (tidak terpisah), dan lampirkan scan KTP.
8. Kirim ke alamat email: [email protected]
9. Puisi dikirim paling lambat pada 10 Agustus 2018 pukul 00.00 WIB.
10. Pengumuman puisi terpilih pada 13 Agustus 2018 dan di website dan semua akun media sosial Museum Multatuli.
11. Penyair yang puisinya lolos kurasi akan mendapatkan buku Antologi Puisi Multatuli masing-masing 2 eksemplar dan souvenir Festival Seni Mulatuli 2018
12. Kegiatan ini tidak dipungut biaya (gratis)
Kurator Puisi
1. Toto ST. Radik, Penyair.
2. Firman Venayaksa, Akademisi.
Informasi lebih lanjut silakan hubungi
Pada tahun 2015 berdiri sebuah museum bernama Museum Multatuli. Menempati bangunan Bekas Wedana Rangkasbitung (1923). Museum yang terdiri atas 7 ruangan ini menampilkan 4 tema besar yaitu antikolonialisme, Multatuli dan karyanya, sejarah Lebak dan Banten, serta Rangkasbitung masa kini. Pada tahun 2016 delegasi pejabat dan guru dari Pemerintah Kabupaten Lebak berkunjung ke Belanda, mengunjungi Arsip Nasional Belanda, dan Museum Multatuli di Amsterdam. Kunjungan dalam rangka membangun komunikasi dan persahabatan di antara lembaga-lembaga tersebut guna keberlangsungan Museum Multatuli yang sedang dirintis.
Setahun kemudian atau pada 2017 proses pengisian Museum Multatuli berlangsung. Terdiri atas pengadaan interior museum, peralatan studio visual, pengadaan reflika artefak, website museum, film dokumenter, dan pengadaan patung Multatuli, Saidjah, dan Adinda. Pada 11 Februari 2018 Museum Multatuli dibuka untuk umum oleh Bupati Lebak (Iti Octavia Jayabaya) disaksikan oleh Dirjen Kebudayaan Kemdikbud RI (Hilmar Farid) dan tamu undangan.
Menindaklanjuti pendirian Museum Multatuli pada 2015, pertemuan 2016, proses pengadaan konten museum pada 2017, dan pembukaan museum pada 2018, Pemerintah Kabupaten Lebak mengadakan kegiatan Festival Seni Multatuli di 2018 ini. Festival Seni Multatuli 2018 adalah salah satu cara mengenalkan sejarah kepada masyarakat terutama kaum muda di Kabupaten Lebak secara menyenangkan. Melalui Museum Multatuli dan Multatuli Arts Festival dengan beragam kegiatan di dalamnya. Penerbitan dan bedah buku merupakan salah satu kegiatan dalam Festival Seni Multatuli 2018. Penerbitan karya berupa puisi dalam Festival Seni Multatuli ini diilhami dari berbagai festival sastra yang menghasilkan karya sebagai bagian dari dokumentasi memori kolektifnya. Penerbitan buku puisi ini bertujuan menjaring puisi-puisi dari masyarakat umum, pelajar, dan mahasiswa pengirim karya untuk kemudian diterbitkan bersama dalam buku Antologi Puisi Multatuli. Penerbitan buku puisi juga sejalan dengan objek pemajuan kebudayaan yang diusung dalam Festival Seni Multatuli, yaitu bahasa.
Lomba Menulis Puisi
UNDANGAN MENULIS PUISI BERTEMA MULTATULI 2018
Persyaratan Peserta
1. Terbuka untuk seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) usia 20-40 tahun (dibuktikan dengan KTP/sejenis)
2. Tema puisi “Multatuli”.
3. Puisi adalah karya asli, bukan plagiat atau saduran.
4. Puisi belum pernah dipublikasikan di surat kabar, buku, dan/atau media lainnya.
5. Puisi diketik dengan huruf Times New Roman, ukuran 12 pt, spasi 1.
6. Mengirimkan maksimal 5 (lima) judul puisi
7. Sertakan biodata lengkap berupa narasi (cantumkan alamat dan nomor hp) dalam satu file (tidak terpisah), dan lampirkan scan KTP.
8. Kirim ke alamat email: [email protected]
9. Puisi dikirim paling lambat pada 10 Agustus 2018 pukul 00.00 WIB.
10. Pengumuman puisi terpilih pada 13 Agustus 2018 dan di website dan semua akun media sosial Museum Multatuli.
11. Penyair yang puisinya lolos kurasi akan mendapatkan buku Antologi Puisi Multatuli masing-masing 2 eksemplar dan souvenir Festival Seni Mulatuli 2018
12. Kegiatan ini tidak dipungut biaya (gratis)
Kurator Puisi
1. Toto ST. Radik, Penyair.
2. Firman Venayaksa, Akademisi.
Informasi lebih lanjut silakan hubungi
Narahubung: Uthera Kalimaya 087878705872 (Hanya Whatsapp).
Official Sosial Media Festival Seni Multatuli
Facebook: Festival Seni Multatuli 2018
Instagram: @festivalsenimultatuli
Twitter: @FS_Multatuli
Museum Multatuli
Facebook: Museum Multatuli
Youtube: Museum Multatuli
Twitter: @multatulimuseum
Instagram: @museummultatulilebak
0 komentar:
Posting Komentar